







Kajian Karya “Tapak” oleh Sam Sianata
🎨 Identitas & Konteks Karya
- Judul: Tapak
- Seniman: Sam Sianata (Liem Sian An)
- Ukuran: 55 cm × 70 cm
- Media: Lukisan (media campuran – detail tidak dijelaskan secara teknis)
- Pameran: Dipamerkan bersama 6 karya lainnya di Gallery MeneerSam, Kuta, Bali
Tapak merupakan bagian dari proyek “dual karya seni” khas Sam Sianata, yang memadukan lukisan, lagu, puisi, dan maskot karakter dalam satu kesatuan naratif dan emosional.
🐾 Makna & Filosofi “Tapak”
Karya ini memvisualisasikan konsep jejak kehidupan—bukan sekadar langkah yang ditinggalkan, melainkan tapak yang bermakna, yaitu jejak kontribusi, nilai, dan dampak positif bagi orang lain. Dalam beberapa kutipan media, disebutkan bahwa:
“Tapak adalah simbol dari perjalanan hidup yang tidak sia-sia—jejak yang tetap tinggal meski raga telah tiada.”
Dengan itu, “Tapak” menggugah audiens untuk merenungkan:
- Apakah kita sudah meninggalkan sesuatu yang berguna?
- Jejak seperti apa yang kita tinggalkan dalam kehidupan ini?
- Apakah hidup hanya tentang perjalanan, atau tentang apa yang tertinggal setelahnya?
🖌️ Pendekatan Estetik & Multidisipliner
Sam Sianata tidak hanya melukis dalam artian konvensional. Tapak disajikan dengan:
- Lagu ciptaan sendiri yang memiliki lirik senada dengan makna lukisan.
- Maskot karakter “Tapak” – tokoh visual yang menyimbolkan karakter, energi, dan makna jejak itu sendiri.
- Puisi/quotes yang memperdalam resonansi emosional dari lukisan.
Kombinasi ini menjadikan karya “Tapak” sebagai bagian dari konsep “dual karya seni”, di mana seni visual bertemu musik dan sastra—membentuk satu pengalaman penuh makna.
🔍 Kajian Visual & Kontekstual
Aspek | Uraian |
---|---|
Dimensi Fisik | 55 cm × 70 cm |
Tema Sentral | Jejak kehidupan, kontribusi, dan warisan nilai |
Filosofi | Tapak = simbol hidup yang berguna dan dikenang |
Medium & Gaya | Ekspresif simbolik – penuh warna dan bentuk abstrak yang mengandung makna |
Karya Tambahan | Lagu, maskot karakter, puisi – sebagai penguat narasi utama |
Fungsi Seni | Membangkitkan kesadaran eksistensial dan spiritual |

Kajian Lukisan “Sang Raja Cinta” Karya Sam Sianata (Liem Sian An)
1. Judul Karya: Sang Raja Cinta
Judul ini tidak hanya puitis, tetapi mengandung narasi yang kuat. Kata “Raja” melambangkan kekuasaan, sementara “Cinta” adalah simbol kelembutan dan kasih universal. Gabungan keduanya menandakan sebuah sosok agung yang memimpin bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kekuatan kasih.
2. Tema dan Gagasan Utama
Lukisan ini dapat ditafsirkan sebagai manifestasi visual dari kepemimpinan spiritual-humanis, di mana cinta menjadi poros utama peradaban. Dalam konteks ini, Sam Sianata menyuguhkan suatu tafsir filsafat eksistensial yang menyandingkan antara kuasa dan kasih, kekuasaan dan pengorbanan.
Sam juga menerangkan gambaran realitas cinta yang universal, tidak memandang sara, ataupun usia, maka cinta dapat menyelinap siapa saja, dimana saja tanpa batasan teritorial ataupun demarkasi, namun sisi gelap ego cinta adalah menguasai, menaklukkan, mengabdi pada ketaatan total, sehingga pengkhianatan terhadap cinta akan berakibat fatal.
3. Komposisi dan Teknik
Gaya: Liem Sian An kerap menggabungkan pendekatan simbolis, spiritual, dan ekspresionis, dan hal ini tercermin kuat dalam lukisan ini.
Warna: Dominasi warna hangat seperti kuning, merah darah, coklat, keemasan, serta dimensi putih suci pada puncaknya, sering kali mewakili dimensi sacred power dan cinta agape.
Figuratif-Simbolis: Mungkin terdapat figur sentral (raja) yang menyinarkan aura cinta, dikelilingi oleh elemen-elemen kosmik atau rakyat, menandakan relasi antara yang Ilahi dan duniawi.
4. Simbol-Simbol Penting (Interpretatif)
- Mahkota berbentuk hati: Simbol kekuasaan yang lembut, namun bersifat ketegasan.
- Warna-warni: Simbol penerimaan keberagaman dan universalis.
- Cahaya dari atas kepala: Makna pencerahan spiritual dan wahyu.
- Latar rakyat kecil atau alam: Penekanan bahwa cinta seorang raja tidak eksklusif, melainkan inklusif dan merakyat.
5. Konteks Spiritual dan Sosial
Dalam berbagai wawasan seni Sam Sianata, ada dimensi mistik lintas agama yang kerap mengemuka. "Sang Raja Cinta" bisa dibaca sebagai:
- Yesus sebagai Raja Kasih, atau
- Sosok Buddha Cinta, atau
- Pemimpin ideal dalam Islam rahmatan lil ‘alamin, atau bahkan
- Pemimpin visioner Indonesia masa depan, yang memimpin dengan welas asih, bukan dengan kekerasan.
6. Nilai dan Relevansi
- Etika cinta sebagai kekuatan perubahan sosial.
- Kritik terhadap kepemimpinan modern yang kehilangan sisi humanis.
- Pengingat akan spiritualitas yang harus hadir dalam kekuasaan.
7. Pendekatan Dual Karya Seni
Sang Raja Cinta adalah bagian dari karya Liem Sian An dengan pendekatan "dual karya seni" yang memadukan komponen seni lukis dengan seni musik, sehingga menghadirkan sebuah karya eksotis yang dapat dinikmati secara visual dan audial sekaligus, satu kesatuan karya "multi artform masterpiece".
8. Kesimpulan
Lukisan "Sang Raja Cinta" adalah karya yang kompleks namun kontemplatif. Ia bukan sekadar ekspresi seni, melainkan manifesto visual akan pentingnya cinta dalam segala bentuk kekuasaan. Karya ini mengajak kita memaknai kembali arti menjadi “pemimpin”, baik dalam lingkup pribadi, sosial, maupun spiritual.

REFLEKSI LUKISAN RUPATAWA (MY SMILE, MY HAPPINESS) KARYA LIEM SIAN AN
1. Deskripsi Visual (Umum)
RUPATAWA (My Smile, My Happiness) - Senyumku, Kebahagiaanku digambarkan sebagai lukisan yang kaya warna, penuh simbol, menggambarkan rupa manusia dalam keberagamannya.
Kata rupa berarti rupa, atau penampilan, sedangkan tawa diartikan sebagai ekspresi jiwa, atau bahkan kegembiraan dan sikap spiritual.
2. Makna Simbolis
Rupatawa (My Smile, My Happiness) bukan sekadar lukisan tentang manusia, tetapi tentang kemanusiaan yang multidimensi.
Beberapa simbol yang muncul dalam lukisan ini:
- Wajah dengan ekspresi yang berbeda: Simbol keberagaman manusia, baik budaya, perasaan, maupun nilai-nilai kehidupan.
- Warna yang kontras dan dinamis: Mencerminkan kekayaan emosi manusia dan konflik batin.
- Latar belakang yang tidak realistis: Memberi kesan bahwa Rupatawa adalah tentang jiwa manusia, bukan tubuh.
3. Gaya Artistik
RUPATAWA (My Smile, My Happiness) cenderung:
- Ekspresionis: Penuh emosi dan bentuk yang terdistorsi.
- Simbolis: Tidak mengikuti aturan yang realistis.
- Campuran unsur surealis: Seperti mimpi atau realitas batin.
4. Pesan dan Refleksi
Lukisan ini mengajak kita untuk bertanya:
- Siapakah aku di balik wajah ini?
- Bagaimana manusia menyembunyikan luka, tawa, atau harapan di balik "rupa"?
- Apakah "rupa" mencerminkan jiwa, atau justru menutupinya?
Dengan kata lain, Rupatawa adalah refleksi identitas manusia, bahwa setiap orang adalah kumpulan ekspresi, pengalaman, dan makna hidup yang dalam walau tersirat jelas sebuah pesan ajakan untuk hidup penuh canda tawa dalam kebahagiaan, selalu bersyukur dalam segala hal.
5. Nilai Seni dan Budaya
Rupatawa adalah sumbangan besar pada seni kontemporer Indonesia karena:
- Mengangkat nilai kemanusiaan universal.
- Menggunakan visual yang tidak normatif, membebaskan interpretasi.
- Mendorong pemirsa untuk berkontemplasi bukan hanya mengagumi.
6. Kesimpulan
Rupatawa (My Smile, My Happiness) bukan sekadar lukisan, ia adalah cermin jiwa manusia, dengan pendekatan multidisipliner, multi artform masterpiece, yang bisa dimaknai secara psikologis, filosofis, bahkan spiritual.

Lukisan “Gelombang Berkat” Karya Sam Sianata
Lukisan “Gelombang Berkat” karya Sam Sianata (nama lain dari Liem Sian An) bisa dikaji dari berbagai aspek: simbolik, filosofis, artistik, dan spiritual. Berikut adalah kajian mendalam berdasarkan pendekatan tersebut:
🖼️ 1. Judul: "Gelombang Berkat"
Judul ini memuat dua kata kunci yang sarat makna:
- Gelombang: Mengandung unsur dinamis, perubahan, kekuatan alam, dan gerakan yang terus berlangsung.
- Berkat: Menunjuk pada anugerah, rahmat, atau kebaikan ilahi yang mengalir kepada manusia.
Kombinasi ini menandakan bahwa berkat tidak selalu datang dalam bentuk yang tenang atau statis, melainkan bisa hadir dalam "gelombang", besar yang kadang mengguncang tetapi menyucikan, me-rahmati.
🎨 2. Aspek Visual dan Teknik
Lukisan karya Sam Sianata umumnya dikenal dengan:
- Warna-warna ekspresif dan spiritual: Merah, kuning, biru, emas, hijau alam.
- Komposisi dinamis: Kemungkinan lukisan ini menampilkan arus atau ombak yang berlapis-lapis, mungkin diselingi cahaya putih spiritual, keikhlasan.
- Teknik sapuan kuas kuat: Menggambarkan kekuatan berkat yang "menggulung" seperti badai sebagai wujud besar harapan.
🧠 3. Makna Filosofis dan Simbolik
Gelombang = Ujian dan Perjalanan Hidup
Hidup manusia seringkali digambarkan seperti lautan: kadang tenang, kadang bergelombang. Gelombang di sini melambangkan ujian, tantangan, atau transformasi.
Berkat = Kemurnian Hati dan Pencerahan
Di balik badai, ada cahaya. Di balik gelombang, ada pelajaran. Sam Sianata mungkin ingin menunjukkan bahwa setiap tantangan membawa potensi berkat bagi jiwa yang siap.
💫 4. Dimensi Spiritualitas
Sebagai seniman yang kerap mengangkat tema kemanusiaan dan kebijaksanaan, "Gelombang Berkat" dapat dilihat sebagai representasi:
- Kehadiran ilahi dalam setiap gejolak hidup.
- Seruan untuk mensyukuri berkat dalam bentuk apa pun, bahkan ketika datang sebagai gelombang perubahan.
- Dorongan untuk berserah dan tidak takut menghadapi badai, sebab justru di sanalah kekuatan sejati dibentuk.
🪞 5. Refleksi untuk Penonton
Lukisan ini bisa menjadi cermin bagi siapa pun yang:
- Sedang menghadapi masa sulit atau perubahan besar dalam hidup.
- Mencari pemahaman lebih dalam bahwa berkat tak selalu datang dalam bentuk yang kita inginkan.
- Ingin mengembangkan ketenangan batin di tengah gelombang dunia.
📌 6. Kesimpulan
“Gelombang Berkat” karya Sam Sianata bukan hanya karya visual, melainkan meditasi artistik tentang hidup, ujian, dan kehadiran berkat di tengah badai. Ini adalah ajakan untuk melihat lebih dalam — bahwa dalam setiap gelombang, tersembunyi benih kekuatan, harapan, dan rahmat yang menyucikan.

"Bunga Sedap Malam" karya Liem Sian An (Sam Sianata)
1. Latar & Dimensi
Dilukis pada 2017, karya ini berukuran cukup besar, sekitar 80 × 90 cm. Menunjukkan perenungan sang pelukis terkait "perjalanan kehidupan" yang penuh suka-dukanya: manis, getir, dan ancaman marabahaya.
2. Nuansa Mistis & Palet Warna
Mendominasi warna biru, menghadirkan atmosfer malam, dingin, sekaligus mistis. Nuansa biru tersebut dipadu dengan unsur gelap dan sedikit kontras, menciptakan rasa mistis dan misterius.
3. Simbolisme "Bunga Sedap Malam"
Judulnya merujuk pada tanaman malam yang mekar di waktu malam, simbol keindahan tersembunyi, keterbatasan waktu, dan keabadian yang rapuh. Ditafsirkan sebagai gambaran kehidupan yang mengalami fase-fase singkat bercahaya namun intens.
4. Filosofi & Tema Psikologis
Mewakili "perjalanan hidup" penuh tantangan dan potensi, di mana keindahan bisa muncul di tengah kegelapan. Menuntut pemahaman mendalam: lukisan digambarkan sebagai karya yang "unik" dan perlu ditelaah holistik. Menimbulkan kesan reflektif: mengajak penikmat renungkan makna di balik kesunyian dan pesona malam.
5. Gaya Artistik Sam Sianata
Termasuk proyek dual seni: bukan hanya lukisan, tapi juga disertai musik/lagu tema yang diciptakan pelukis sendiri. Membentuk pengalaman visual-auditorial yang kaya makna: visual lukisan memperkuat nuansa, sementara lagu menyampaikan esensi emosional dan filosofis. Tekniknya cenderung ekspresif-abstrak dengan permainan warna dan bentuk, bukan representasi literal.
6. Reaksi & Penerimaan
Dikenal luas dan diapresiasi dalam pameran di Denpasar (Gallery MeneerSam, April–Mei 2025) bersama enam karya lainnya. Febiyanto, pecinta seni dan motivator nasional, menyebutnya "karya unik" dari seniman multitalenta. Dilihat sebagai karya bermakna mendalam, bukan sekadar estetika, namun berkaitan dengan visi hidup pelukis.
7. Kesimpulan
Aspek | Hal |
---|---|
Tema | Kehidupan, kegelapan & cahaya, refleksi eksistensial |
Warna | Biru dominan, nuansa malam & mistis |
Gaya | Ekspresif, simbolis, dual seni (lukisan + lagu) |
Makna | Potret perjalanan emosional & spiritual manusia |
Pengalaman | Visual + audio menyatu membentuk pengalaman mendalam |
Pendekatan untuk Apresiasi
Pendekatan Anda untuk apresiasi lukisan ini bisa melalui:
- Amati kontras warna, tekstur, dan elemen simbolik seperti bentuk bunga.
- Renungkan filosofi "mekar di gelap"—keindahan kita saat diuji.
- Ikuti juga lagu tema ciptaan Sam Sianata untuk penghayatan holistik.
- Diskusikan makna persepsi: apa yang Anda rasakan saat menatap lukisan? Apakah bangkit kesunyian, harapan, atau kekaguman?
Dengan pendekatan visual, simbolik, dan musikal tersebut, "Bunga Sedap Malam" bukan hanya lukisan, tapi undangan untuk mengeksplorasi kedalaman diri dalam estetika dan refleksi spiritual.

Kajian tentang Lukisan “Freedom Shirotol Mustaqim” Karya Liem Sian An (Sam Sianata)
🎨 Gambaran Umum & Konsep
- Lukisan berjudul Freedom Shirotol Mustaqim (Jalan Lurus Kebebasan) merupakan mahakarya acrylic di atas kanvas berukuran 60 × 80 cm, dengan harga karya yang mencapai Rp 7 miliar.
- Menurut sang seniman, karya ini melambangkan penderitaan manusia akibat belenggu dosa, divisualkan melalui komposisi bulatan-bulatan abstrak.
🩸 Simbol Penebusan & Jalan Lurus
- Lukisan ini juga menyiratkan kisah penebusan: darah anak domba sebagai juru damai manusia dengan Pencipta, digambarkan lewat tetesan darah dalam karya tersebut.
- Makna kata “Shirotol Mustaqim” sendiri berarti jalan yang lurus—secara spiritual dimaknai sebagai jembatan di atas Tuhan menuju surga, bebas dari belenggu dosa.
🧠 Perspektif Teologis & Filosofis
- Sebagaimana dibahas dalam al-Fatihah, “Ihdinas Shirotol Mustaqim” berarti memohon agar ‘ditunjukkan jalan lurus’, yakni jalan spiritual menuju kedekatan dengan Allah sesuai kapasitas tiap individu.
- Dalam konteks karya, “Freedom” bukan hanya kebebasan estetik, tapi kebebasan dari dosa melalui penebusan—sejalan dengan konsep “jembatan Mustaqim” yang manusia asuh ke surga.
🧩 Teknik & Estetika
- Gaya abstrak dalam karya ini menonjolkan bentuk bulatan sebagai simbol ‘kesatuan manusia dalam dosa’, dengan dinamika warna dan goresan yang ekspresif, memberikan nuansa emosional dan simbolik yang kuat.
- Sam Sianata juga menggabungkan unsur musik dalam presentasi karyanya, menjadikannya holistik—melampaui media visual ke ranah rasa dan pengalaman spiritual.
💎 Kesimpulan
“Freedom Shirotol Mustaqim” adalah karya yang sarat makna:
- Menggambarkan kondisi dosa manusia sebagai beban (bulatan abstrak).
- Menyajikan darah penebusan (tetesan darah anak domba) sebagai jalan kembali fitrah.
- Menyisipkan tema jalan lurus (Mustaqim) sebagai metafora spiritual.
- Tekstur dan komposisi estetiknya mendukung pesan mendalam tersebut.